Rabu, 12 Februari 2020

KOPERASI: JALAN MENUJU SEJAHTERA!


Apa itu Sejahtera?
Sejahtera adalah impian setiap orang. Sejahtera selalu dikonotasikan dengan harta yang melimpah, rumah mewah, perhiasan mahal, gaji yang besar, usaha yang berkembang, dan segala hal pencapaian dan keberhasilan materialistik.
Berbagai cara dilakukan manusia untuk mencapai kesejahteraan. Mereka mengorbankan tenaga, waktu, dan pikiran. Mereka melakukannya dengan jalan yang benar maupun yang menyimpang. Namun, tak jarang manusia belum merasakan kesejahteraan meskipun telah melakukan berbagai cara.
Memang, hampir tidak ada tolok ukur paten tentang arti kesejahteraan. Sebagian besar orang yang kelihatannya memiliki banyak hal, bahkan sudah terbilang kaya, tapi belum mengakui dirinya berhasil mencapai kesejahteraan. Pencapaiannya itu justru menjadi masalah tersendiri. Sebaliknya, tidak sedikit orang yang hidup dengan sederhana, tapi mengakui kehiduannya penuh dengan kesejahteraan yang membuat hidupnya lebih bermakna.
Jika demikian, apa arti seseungguhnya dari sejahtera itu?

Rabu, 28 September 2016

Perdagangan Ritel Waralaba Mengancam!

Indonesia merupakan surga bagi pelaku industri ritel, tak terkecuali pemain ritel dunia. Pasar Indonesia menjadi perhatian pemain ritel dunia. Apalagi, jumlah penduduk Indonesia mencapai 235 juta dengan capaian gross domestic product (GDP) mencapai Rp4.000 triliun.Secara keseluruhan bisnis ritel pada 2010 bagus dan tumbuh 12%, dan pada 2011 akan tumbuh 13%-15%. Selain itu, daya beli konsumen juga masih bagus dan inflasi masih terkontrol 6-6,5%.
Asing makin mendominasi seluruh sendi-sendi perekonomian nasional. Tercatat, hampir semua sektor industri dan keonomi strategis sudah 'terkontaminasi' rasa asing. Terakhir adalah begitu mengguritanya asing merambah pasar perdagangan Indonesia, terutama di sektor ritel. Perkembangan pangsa pasar ritel modern yang mayoritas dimiliki asing meningkat signifikan setiap tahun.

Minggu, 11 September 2016

Menentukan Jenis dan Peran Media Sosial yang Tepat untuk Bisnis Anda

Banyaknya media sosial yang dapat menunjang sebuah bisnis, terkadang memang membuat para pebisnis bingung menggunakan yang mana. Ketahui jenisnya di bawah ini.
Peran media sosial telah berkembang menjadi sarana pemasaran bisnis yang paling efektif.  Meskipun begitu, kesalahan memilih jenis social media tidak akan menguntungkan bisnis Anda.
Apakah bisnis Anda membutuhkan profil Instagram? Apakah Anda hanya membutuhkan salah satu di antara Facebook atau Twitter saja?
Ketika Anda harus memilih salah satu dari sekian banyak jenis social media, pilihlah yang sesuai dengan target customer dan buat jenis konten yang sesuai dengan tujuan bisnis Anda.  Sebelum menentukan jenis media sosial yang sesuai dengan tujuan bisnis, ketahui dulu...
Selengkapnya tentang cara menentukan jenis dan peran media sosial yang tepat untuk bisnis Anda, silahkan klik disini.

Minggu, 05 Juni 2016

KERJA ATAU MAKARYO, REFLEKSI AKHIR MINGGU

Marx, filosof besar itu, begitu menaruh perhatian pada yang namanya "kerja". Baginya kerja merupakan realisasi kemanusiaan yang paling ultim. Kerja adalah perwujudan diri yang mana manusia meng-ada melaluinya.

Sayangnya, kerja kontemporer tak senikmat dan semenarik apa kata Marx. Kerja kontemporer lebih nampak sebagai kewajiban berangkat dan pulang pada jam yang ditentukan. Kerja lebih nampak sebagai paksaan yang diperlukan untuk bertahan hidup. Kerja jadilah suatu momen yang alienatif: mengasingkan manusia dari keberadaannya.

Kerja yang demikian itu adalah kerja pasca kapitalisme tumbuh subur di muka bumi. Dalam analisisnya Marx mengungkapkan bahwa kerja yang alienatif itu terjadi karena pekerja dipisahkan dari hasil pekerjaannya. Pekerja yang telah dibeli tenaganya menjadi buruh yang tak punya hak atas hasil kerjanya.

Jumat, 22 April 2016

Mengapa setiap 21 April kita memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan? (Part 2)

Dalam artikelnya di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anwar Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat layak dimunculkan, seperti Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (kemudian pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Berikut ini paparan tentang dua sosok wanita itu, sebagaimana dikutip dari artikel Tiar Bahtiar. 
Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. 
Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini. Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata.

Mengapa setiap 21 April kita memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan? (Part 1)


Ada yang menarik pada Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009 lalu. Dari empat halaman jurnal berbentuk koran yang membahas tema utama tentang Kesetaraan Gender, ada tulisan sejarawan Persis Tiar Anwar Bahtiar tentang Kartini. Judulnya: “Mengapa Harus Kartini?”
Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?
Menyongsong tanggal 21 April 2009 kali ini, sangatlah relevan untuk membaca dan merenungkan artikel yang ditulis oleh Tiar Anwar Bahtiar tersebut. Tentu saja, pertanyaan bernada gugatan seperti itu bukan pertama kali dilontarkan sejarawan. Pada tahun 1970-an, di saat kuat-kuatnya pemerintahan Orde Baru, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik 'pengkultusan' R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia.

Senin, 27 Juli 2015

Bisnis Ritel Modern: Peluang atau Ancaman? (1)

Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang, dan mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi. Melalui ritel, suatu produk dapat bertemu langsung dengan penggunanya. Produknya lebih pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan sembilan bahan pokok. Industri ini telah berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), selain itu telah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Bisnis ritel mempunyai peran yang sangat penting dalam menopang perekonomian Indonesia, hal ini dibuktikan ketika Indonesia dilanda krisis tahun 1997, yang mampu bertahan adalah industri ritel. Dalam perjalananya hingga tahun 2013, bisnis ritel tradisional cenderung mengalami penurunan beralih kepada bisnis ritel modern dikarenakan pengaruh oleh perubahan pada masyarakat, terutama perubahan gaya hidup dan terbukanya peluang oleh pemerintah bisnis ritel modern masuk ke wilayah di Indonesia. Hal inilah menjadi memicu perubahan bisnis ritel tradisional menjadi bisnis ritel modern.