Indonesia merupakan surga bagi pelaku industri ritel, tak terkecuali
pemain ritel dunia. Pasar Indonesia menjadi perhatian pemain ritel
dunia. Apalagi, jumlah penduduk Indonesia mencapai 235 juta dengan
capaian gross domestic product (GDP) mencapai Rp4.000 triliun.Secara
keseluruhan bisnis ritel pada 2010 bagus dan tumbuh 12%, dan pada 2011
akan tumbuh 13%-15%. Selain itu, daya beli konsumen juga masih bagus dan
inflasi masih terkontrol 6-6,5%.
Asing makin mendominasi seluruh
sendi-sendi perekonomian nasional. Tercatat, hampir semua sektor
industri dan keonomi strategis sudah 'terkontaminasi' rasa asing.
Terakhir adalah begitu mengguritanya asing merambah pasar perdagangan
Indonesia, terutama di sektor ritel. Perkembangan pangsa pasar ritel
modern yang mayoritas dimiliki asing meningkat signifikan setiap tahun.
Rabu, 28 September 2016
Minggu, 11 September 2016
Menentukan Jenis dan Peran Media Sosial yang Tepat untuk Bisnis Anda
Banyaknya media sosial yang dapat menunjang sebuah bisnis, terkadang
memang membuat para pebisnis bingung menggunakan yang mana. Ketahui
jenisnya di bawah ini.
Peran media sosial telah berkembang menjadi sarana pemasaran bisnis yang paling efektif. Meskipun begitu, kesalahan memilih jenis social media tidak akan menguntungkan bisnis Anda.
Apakah bisnis Anda membutuhkan profil Instagram? Apakah Anda hanya membutuhkan salah satu di antara Facebook atau Twitter saja?
Ketika Anda harus memilih salah satu dari sekian banyak jenis social media, pilihlah yang sesuai dengan target customer dan buat jenis konten yang sesuai dengan tujuan bisnis Anda. Sebelum menentukan jenis media sosial yang sesuai dengan tujuan bisnis, ketahui dulu...
Selengkapnya tentang cara menentukan jenis dan peran media sosial yang tepat untuk bisnis Anda, silahkan klik disini.
Peran media sosial telah berkembang menjadi sarana pemasaran bisnis yang paling efektif. Meskipun begitu, kesalahan memilih jenis social media tidak akan menguntungkan bisnis Anda.
Apakah bisnis Anda membutuhkan profil Instagram? Apakah Anda hanya membutuhkan salah satu di antara Facebook atau Twitter saja?
Ketika Anda harus memilih salah satu dari sekian banyak jenis social media, pilihlah yang sesuai dengan target customer dan buat jenis konten yang sesuai dengan tujuan bisnis Anda. Sebelum menentukan jenis media sosial yang sesuai dengan tujuan bisnis, ketahui dulu...
Selengkapnya tentang cara menentukan jenis dan peran media sosial yang tepat untuk bisnis Anda, silahkan klik disini.
Minggu, 05 Juni 2016
KERJA ATAU MAKARYO, REFLEKSI AKHIR MINGGU
Marx, filosof besar itu, begitu menaruh perhatian pada yang namanya "kerja". Baginya kerja merupakan realisasi kemanusiaan yang paling ultim. Kerja adalah perwujudan diri yang mana manusia meng-ada melaluinya.
Sayangnya, kerja kontemporer tak senikmat dan semenarik apa kata Marx. Kerja kontemporer lebih nampak sebagai kewajiban berangkat dan pulang pada jam yang ditentukan. Kerja lebih nampak sebagai paksaan yang diperlukan untuk bertahan hidup. Kerja jadilah suatu momen yang alienatif: mengasingkan manusia dari keberadaannya.
Kerja yang demikian itu adalah kerja pasca kapitalisme tumbuh subur di muka bumi. Dalam analisisnya Marx mengungkapkan bahwa kerja yang alienatif itu terjadi karena pekerja dipisahkan dari hasil pekerjaannya. Pekerja yang telah dibeli tenaganya menjadi buruh yang tak punya hak atas hasil kerjanya.
Sayangnya, kerja kontemporer tak senikmat dan semenarik apa kata Marx. Kerja kontemporer lebih nampak sebagai kewajiban berangkat dan pulang pada jam yang ditentukan. Kerja lebih nampak sebagai paksaan yang diperlukan untuk bertahan hidup. Kerja jadilah suatu momen yang alienatif: mengasingkan manusia dari keberadaannya.
Kerja yang demikian itu adalah kerja pasca kapitalisme tumbuh subur di muka bumi. Dalam analisisnya Marx mengungkapkan bahwa kerja yang alienatif itu terjadi karena pekerja dipisahkan dari hasil pekerjaannya. Pekerja yang telah dibeli tenaganya menjadi buruh yang tak punya hak atas hasil kerjanya.
Jumat, 22 April 2016
Mengapa setiap 21 April kita memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan? (Part 2)
Dalam artikelnya di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anwar Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat layak dimunculkan, seperti Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (kemudian pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Berikut ini paparan tentang dua sosok wanita itu, sebagaimana dikutip dari artikel Tiar Bahtiar.
Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung.
Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini. Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata.
Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung.
Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini. Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata.
Mengapa setiap 21 April kita memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan? (Part 1)
Ada yang menarik pada Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009 lalu. Dari empat halaman jurnal berbentuk koran yang membahas tema utama tentang Kesetaraan Gender, ada tulisan sejarawan Persis Tiar Anwar Bahtiar tentang Kartini. Judulnya: “Mengapa Harus Kartini?”
Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?
Menyongsong tanggal 21 April 2009 kali ini, sangatlah relevan untuk membaca dan merenungkan artikel yang ditulis oleh Tiar Anwar Bahtiar tersebut. Tentu saja, pertanyaan bernada gugatan seperti itu bukan pertama kali dilontarkan sejarawan. Pada tahun 1970-an, di saat kuat-kuatnya pemerintahan Orde Baru, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik 'pengkultusan' R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)